Selasa, 09 September 2025

Resensi Buku

 

Cara Mudah Membangkitkan Potensi Anak Melalui Lisan

Oleh: Marzuki Wardi

sumber: dokumen pribadi


Judul Buku      : Saktinya Hypnoparenting

Penulis             : Dr. Agus Sutiyono, MM.

Penerbit           : Penebarplus+

Terbit               : Pertama, 2014

Tebal               : 137 halaman

ISBN               : 978-602-1279-13-7

Bocah laki-laki itu sedang asyik bermain dengan temannya ketika melihat ibunya menyiapkan makanan untuk menjamu tamu. Sekonyong-konyong ia menabur pasir ke makanan tersebut. Tentu saja tingkah nakalnya itu membuat sang ibu marah. Beruntung ia bisa menahan diri sehingga ia tidak mengeluarkan kata-kata negatif kepada sang buah hati. Sebaliknya, yang keluar dari lisannya ialah doa, “Pergi kamu biar jadi imam di Haramain.” Qodarullah sang anak tumbuh menjadi pribadi yang saleh dan kini menjadi Imam Masjidil Haram.

Tahukah Anda penggalan cerita di atas? Itu bukanlah cerita fiktif, melainkan kisah nyata masa kecil Syaikh Muhammad as-Sudais yang tidak lain adalah Imam Masjidil Haram. Namun, saya tidak akan menceritakan kisah tersebut panjang lebar. Saya hanya akan mengajak Anda untuk merenungi pesan tersirat di baliknya yakni betapa mustajabnya kata-kata (doa) yang diucapkan oleh seorang ibu kepada anaknya. Memang, keberhasilan yang diraih tentu melalui proses yang panjang. Hanya saja doa sang ibu akan menjadi motivasi dan energi positif yang terus mengalir pada diri anak.

Kalimat semacam itu biasanya keluar dari lisan seorang ibu yang sudah terlatih dengan kata-kata positif. Sebab, ia tahu setiap kalimat, sikap, dan perlakuannya akan berdampak pada pribadi anak. Ia sadar setiap ucapannya akan membekas pada diri anak sehingga ia akan berupaya menghindari kata-kata yang tidak bermanfaat. Singkatnya, karakter ibu seperti ini memiliki pemahaman yang baik tentang cara mendidik anak (ilmu parenting). Karena itu, ilmu parenting sangat penting bagi seorang ibu.

Sejauh ini referensi berupa buku-buku yang membahas parenting secara umum sudah banyak beredar. Namun, buku yang disajikan dengan unik dan asyik (dari segi konten dan gaya penyajian) sepertinya masih bisa dihitung dengan jari sebelah. Kabar baiknya kita bisa menemukan itu dalam buku yang berjudul Saktinya Hypnoparenting karya Agus Sutiyono ini. Dilihat dari judulnya, kita pasti terbayang bahwa kata hypno berkaitan dengan hipnosis yang identik dengan dunia magis, bukan?

Sebentar, buku ini memang memiliki kaitan dengan hipnosis, tetapi bukan seperti yang kita saksikan dalam tayangan telvisi; seorang laki-laki berpakaian serba hitam memegang pendulum yang diayun-ayunkan di depan wajah objek hipnosis kemudian membuatnya tertidur dan mengumbar rahasia pribadinya. Tidak sama sekali. Hypnoparenting di sini adalah gabungan dari dua disiplin; hipnosis dan parenting. Hipnosis ialah pengetahuan dan teknik berkomunikasi dengan sistem kerja otak (halaman 19). Sementara, parenting ialah segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas-tugas orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak (halaman 51).

Singkatnya hypnoparenting ialah teknik hipnosis yang diterapkan oleh orang tua dalam mendidik anaknya. Inti teknik ini ialah membangkitkan potensi anak melalui sugesti. Namun, sebagaimana teknik hipnosis pada umumnya, hal yang perlu diketahui sebelum mempraktikkannya ialah momen yang tepat untuk memberi sugesti. Menurut penulis, waktu yang baik untuk meyugesti anak ialah saat otak berada pada gelombang alfa dan teta. Sebab, pada gelombang tersebut, otak berada pada kondisi belajar dengan sangat cepat. Alfa ialah gelombang saat pikiran santai (berada pada frukuensi 8-12 Hz). Sementara, teta berada pada frekuensi 4-8 Hz, atau gelombang yang dihasilkan pikiran bawah sadar  (halaman 31-34).

Dua gelombang ini muncul pada saat menjelang tidur, bangun tidur, pada saat emosi anak meningkat, dan dalam keadaan terkejut. Itulah waktu-waktu yang efektif untuk menyugesti anak. Hal yang perlu dihindari ialah menggunakan kata-kata negatif. Misalnya, jika kita ingin melihat anak punya nafsu makan yang baik, maka kita tidak perlu mengucapkan “Kamu harus makan banyak, kalau tidak kamu bisa sakit.” Alih-alih kalimat negatif, kita bisa membisikkan kalimat positif di telinga anak seperti “Semakin hari keingingan makanmu semakin besar. Kamu sangat suka sayur-sayuran. Semakin hari makanmu semakin banyak sehingga tubuhmu sehat, cerdas, dan kamu pun bahagia” (halaman 65).

Salah satu keunggulan hipnosis dibanding metode lain seperti ceramah ialah ia bisa memengaruhi pikiran bawah sadar (subconscious mind). Sementara, pikiran jenis ini memengaruhi perilaku seseorang. Rizem Aizid mengungkapkan hal-hal yang diproses oleh pikiran bawah sadar ialah seperti kebiasaan (habit), perasaan (emotion), ingatan jangka panjang (long term memory), persepsi (perception), kepribadian (character), intuisi (intuition), kreativitas (creativity), dan keyakinan (belief).[1] Bukankah semua ini unsur-unsur yang mendukung keberhasilan seseorang baik dari segi prestasi maupun kepribadian?

Buku yang terdiri dari tujuh bagian ini tentu tidak hanya diperuntukkan bagi kaum ibu, tetapi juga untuk ayah. Sesuai judulnya parent (-ing) yang berarti orang tua, baik ayah maupun ibu dapat memanfaatkan teknik hipnosis yang disajikan dengan bahasa yang sederhana, efektif, dan praktis. Namun, saya sengaja mengutamakan penggunaannya untuk kaum ibu mengingat peran pentingnya sebagai pendidik pertama dan utama yang durasi waktunya paling lama bersama anak.

Sebagaimana buku “how to” atau tips lainnya, buku ini dilengkapi catatan-catatan singkat dan penting dalam beberapa fokus pembahasan untuk mempermudah pembaca memahami dan mempraktikkan materi yang disajikan. Upaya ini sebetulnya akan lebih efektif andai saja materinya dilengkapi dengan success story penulis sendiri dalam menerapkan hypnoparenting. Sebab, kisah sukses seseorang selalu menginspirasi orang lain untuk membuat hal rumit menjadi lebih mudah. Di samping itu, hal ini dimaksudkan agar kesaktian hynoparenting (seperti judulnya) terbukti dapat membangkitkan potensi anak.

Buku ini sangat layak dibaca untuk ibu semua kalangan terutama bagi mereka yang usia rumah tangganya masih hijau. Dengan demikian, mereka akan memiliki bekal yang memadai untuk mendidik anaknya, agar tidak hanya telapak kakinya yang menjadi sumber surga, melainkan lisannya juga menjadi sumber keberhasilan bagi anaknya.

 

Lombok Tengah, 09 September 2025 pukul 23:23

Marzuki Wardi, penikmat buku dan kopi. Saat ini ia sedang asyik menjelajahi dunia pendidikan, bahasa, dan sastra. Sesekali ia menulis cerpen, esai, dan resensi buku. 


[1] Rizem Aizid, Dahsyatnya Kekuatan Pikiran Bawah Sadar, (Yogyakarta: Laksana, 2018), hlm.40.

Senin, 08 September 2025

Resensi Buku

 

Kiat Menjadi Pribadi Bermanfaat Bagi Masyarakat

Oleh: Marzuki Wardi



Judul Buku      : Pribadi hebat

Penulis             : Prof. Dr. Hamka

Penerbit           : Gema Insani

Terbit               : Pertama, Desember 2014, kesepuluh, Mei 2020

Tebal               : 178 halaman

ISBN               : 978-602-250-711-6 (PDF/edisi NTBelib)

Apa yang terbayang di benak Anda jika mendengar nama Ir. Soekarno? Apakah penampilannya yang bergaya borjuis? Gaya pidatonya di podium yang berapi-api? Ataukah ketegasannya dalam memutuskan suatu masalah? Bagi Anda yang mengenal (biografi) presiden pertama Indonesia tersebut dengan baik, pasti salah satu atau bahkan semua karakter tersebut terbayang di pikiran Anda. Namun, jika Anda hanya mengenal namanya, maka yang terlintas di pikiran Anda boleh jadi hanya sosok presiden pertama Indonesia.

Demikian juga jika kita mendengar nama tokoh lain seperti Buya Hamka. Bagi orang yang mengenal tokoh bangsa tersebut, pasti yang terlintas di pikirannya ialah sosok ulama karismatik, penyair, penulis, alim, tegas, dan berilmu luas. Namun, bagi sebagian orang yang hanya mengenal namanya, pasti yang terbayang adalah sosoknya sebagai ulama biasa. Begitulah, hal yang paling melekat pada diri seseorang adalah kepribadiannya. Ia adalah ciri khas yang membedakan manusia yang satu dengan yang lain.

Namun demikian, pribadi bukanlah sekadar identitas pembeda. Ia ternyata memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap maju atau mandeknya suatu bangsa. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan pribadi sehingga ia demikian berpengaruh terhadap kondisi suatu bangsa? Jawabannya bisa kita temukan dalam buku yang berjudul Pribadi Hebat ini.

Menurut penulis buku ini, pribadi seseorang terbentuk dari budi, akal, pergaulan, kesehatan, dan pengetahuan. Lebih lanjut, ia mendefinisikan pribadi dengan membaginya menjadi (1) kumpulan sifat dan kelebihan diri yang menunjukkan kelebihan seseorang daripada orang lain sehingga ada manusia besar dan manusia kecil, ada manusia yang sangat berarti hidupnya dan ada yang tidak berarti sama sekali. Kedatangannya tidak menggenapkan dan kepergiannya tidak mengganjilkan; (2) kumpulan sifat akal budi, kemauan, cita-cita, dan bentuk tubuh. Hal itu menyebabkan harga kemanusiaan seseorang berbeda dari yang lain (halaman 4).

Beranjak dari pengertian tersebut, penulis mengajak kita untuk  memahami pribadi secara individu dan kedudukannya sebagai bagian dari anggota masyarakat yang majemuk. Menurutnya, seseorang tidaklah disebut pribadi bermanfaat jika ia hanya mementingkan keperluannya sendiri meskipun ia seorang guru, dokter, insinyur, dan profesi penting lainnya. Sebab, nilai seseorang dilihat dari perannya dalam sebuah masyarakat, dan itulah hakikat pribadi bermanfaat.

Oleh sebab itu, kita perlu mengetahui apa saja yang dapat memunculkan pribadi bermanfaat. Penulis memaparkannya pada bagian dua (halaman 11) secara rinci berikut penjelasannya menjadi sepuluh yaitu daya tarik, cerdik, empati, berani, bijaksana, berpandangan baik, tahu diri, kesehatan tubuh, bijak dalam berbicara, dan percaya kepada diri sendiri.

Bagaimana elemen-elemen itu kemudian berpengaruh terhadap peran aktif seseorang dalam masayarakat? Kita ambil contoh sikap berani. Pribadi berani adalah yang sanggup menghadapi segala kesulitan atau bahaya dengan tidak kehilangan akal. Di samping itu, orang yang berani tidak hanya ingin menerima kemenangan, tetapi juga berani menerima kekalahan. Pribadi seperti ini pada akhirnya akan memiliki sikap sportif, sehingga ia akan membawa keharmonisan dalam hubungan sesama dalam masyarakat.

Tanda keberanian juga dapat dilihat pada sikap tenang dan tidak gugup, sehebat apa pun pihak yang dihadapi. Sebagai contoh, ketika bertemu dengan seorang berpangkat tinggi, sebagai bangsa yang merdeka, kita akan bersikap hormat kepadanya seperti hormat kepada orang yang tidak berpangkat. Bukan berarti kita menyombongkan diri, melainkan menghindari sikap menjilat (halaman 29).

Pribadi berani inilah yang tidak dimiliki oleh bangsa yang tertekan. Bangsa yang tertekan cenderung tidak percaya diri dan takut untuk sekadar menyuarakan haknya. Bangsa yang bermental seperti ini sanggup menahan penderitaan. Akibatnya, jiwa tunduk terhadap bangsa lain tetap dipeliharanya, meskipun ia berpangkat tinggi sebagaimana layaknya bangsa lain (penjajah).

Tentu masih banyak lagi contoh pribadi dan kaitannya dengan perkembangan suatu masyarakat. Secara ringkas, buku yang terdiri dari sepuluh bagian ini membahas apa itu pribadi, apa saja unsur penentunya, unsur penghambat, dan bagaimana kita bisa menjadi pribadi hebat yang bermanfaat bagi masyarakat, baik dalam arti sempit sebagai kampung halaman maupun negara dalam arti luas.

Banyak sekali pandangan, petuah, nasihat, dan contoh keteladanan yang diuraikan oleh penulis yang pernah menjabat ketua MUI pertama ini. Hal yang menarik ialah beliau mengulasnya dari perspektif islam, tasawuf, filsafat, dan seni. Rujukan dari sumber Al-Qur’an, hadis, pendapat ulama, filosof, penyair, dan negarawan memperkaya materi buku ini. Sebut saja Socrates, Plato, Nietzche, Schopenhauer, M. Iqbal (penyair Pakistan), Soekarno, Haji Agus Salim, dan beberapa tokoh berpengaruh lainnya tak luput dijadikannya rujukan.

Namun, untuk tidak menyebutnya sebagai kekurangan, satu hal yang sedikit merepotkan pembaca dalam buku ini ialah endnote. Bagi pembaca yang tidak memahami istilah asing atau sulit, di tengah nikmatnya membaca, ia mesti membuka halaman akhir (endnote) lalu kembali ke halaman sebelumnya tempat kata asing tersebut. Karena itu, andai saja endnote tersebut diganti dengan footnote, tentu akan lebih memudahkan pembaca untuk menyerap makna kata asing yang ditemukan.

Meskipun tergolong cukup klasik, buku ini masih sangat relevan untuk dibaca oleh generasi bangsa saat ini. Selain disajikan dengan bahasa yang lugas, efektif, dan sistematis, materi buku ini juga sarat dengan nilai dan prinsip kebangsaan yang dapat membentuk generasi bermanfaat dan bermartabat bagi masyarakat, terlebih di tengah indikasi memudarnya pribadi bangsa Indonesia yang dikenal akan keluhuran budinya.

Lombok Tengah, 13 Agustus 2025

Resensi Buku

  Cara Mudah Membangkitkan Potensi Anak Melalui Lisan Oleh: Marzuki Wardi sumber: dokumen pribadi Judul Buku       : Saktinya Hypnoparen...