Senin, 08 September 2025

Resensi Buku

 

Kiat Menjadi Pribadi Bermanfaat Bagi Masyarakat

Oleh: Marzuki Wardi



Judul Buku      : Pribadi hebat

Penulis             : Prof. Dr. Hamka

Penerbit           : Gema Insani

Terbit               : Pertama, Desember 2014, kesepuluh, Mei 2020

Tebal               : 178 halaman

ISBN               : 978-602-250-711-6 (PDF/edisi NTBelib)

Apa yang terbayang di benak Anda jika mendengar nama Ir. Soekarno? Apakah penampilannya yang bergaya borjuis? Gaya pidatonya di podium yang berapi-api? Ataukah ketegasannya dalam memutuskan suatu masalah? Bagi Anda yang mengenal (biografi) presiden pertama Indonesia tersebut dengan baik, pasti salah satu atau bahkan semua karakter tersebut terbayang di pikiran Anda. Namun, jika Anda hanya mengenal namanya, maka yang terlintas di pikiran Anda boleh jadi hanya sosok presiden pertama Indonesia.

Demikian juga jika kita mendengar nama tokoh lain seperti Buya Hamka. Bagi orang yang mengenal tokoh bangsa tersebut, pasti yang terlintas di pikirannya ialah sosok ulama karismatik, penyair, penulis, alim, tegas, dan berilmu luas. Namun, bagi sebagian orang yang hanya mengenal namanya, pasti yang terbayang adalah sosoknya sebagai ulama biasa. Begitulah, hal yang paling melekat pada diri seseorang adalah kepribadiannya. Ia adalah ciri khas yang membedakan manusia yang satu dengan yang lain.

Namun demikian, pribadi bukanlah sekadar identitas pembeda. Ia ternyata memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap maju atau mandeknya suatu bangsa. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan pribadi sehingga ia demikian berpengaruh terhadap kondisi suatu bangsa? Jawabannya bisa kita temukan dalam buku yang berjudul Pribadi Hebat ini.

Menurut penulis buku ini, pribadi seseorang terbentuk dari budi, akal, pergaulan, kesehatan, dan pengetahuan. Lebih lanjut, ia mendefinisikan pribadi dengan membaginya menjadi (1) kumpulan sifat dan kelebihan diri yang menunjukkan kelebihan seseorang daripada orang lain sehingga ada manusia besar dan manusia kecil, ada manusia yang sangat berarti hidupnya dan ada yang tidak berarti sama sekali. Kedatangannya tidak menggenapkan dan kepergiannya tidak mengganjilkan; (2) kumpulan sifat akal budi, kemauan, cita-cita, dan bentuk tubuh. Hal itu menyebabkan harga kemanusiaan seseorang berbeda dari yang lain (halaman 4).

Beranjak dari pengertian tersebut, penulis mengajak kita untuk  memahami pribadi secara individu dan kedudukannya sebagai bagian dari anggota masyarakat yang majemuk. Menurutnya, seseorang tidaklah disebut pribadi bermanfaat jika ia hanya mementingkan keperluannya sendiri meskipun ia seorang guru, dokter, insinyur, dan profesi penting lainnya. Sebab, nilai seseorang dilihat dari perannya dalam sebuah masyarakat, dan itulah hakikat pribadi bermanfaat.

Oleh sebab itu, kita perlu mengetahui apa saja yang dapat memunculkan pribadi bermanfaat. Penulis memaparkannya pada bagian dua (halaman 11) secara rinci berikut penjelasannya menjadi sepuluh yaitu daya tarik, cerdik, empati, berani, bijaksana, berpandangan baik, tahu diri, kesehatan tubuh, bijak dalam berbicara, dan percaya kepada diri sendiri.

Bagaimana elemen-elemen itu kemudian berpengaruh terhadap peran aktif seseorang dalam masayarakat? Kita ambil contoh sikap berani. Pribadi berani adalah yang sanggup menghadapi segala kesulitan atau bahaya dengan tidak kehilangan akal. Di samping itu, orang yang berani tidak hanya ingin menerima kemenangan, tetapi juga berani menerima kekalahan. Pribadi seperti ini pada akhirnya akan memiliki sikap sportif, sehingga ia akan membawa keharmonisan dalam hubungan sesama dalam masyarakat.

Tanda keberanian juga dapat dilihat pada sikap tenang dan tidak gugup, sehebat apa pun pihak yang dihadapi. Sebagai contoh, ketika bertemu dengan seorang berpangkat tinggi, sebagai bangsa yang merdeka, kita akan bersikap hormat kepadanya seperti hormat kepada orang yang tidak berpangkat. Bukan berarti kita menyombongkan diri, melainkan menghindari sikap menjilat (halaman 29).

Pribadi berani inilah yang tidak dimiliki oleh bangsa yang tertekan. Bangsa yang tertekan cenderung tidak percaya diri dan takut untuk sekadar menyuarakan haknya. Bangsa yang bermental seperti ini sanggup menahan penderitaan. Akibatnya, jiwa tunduk terhadap bangsa lain tetap dipeliharanya, meskipun ia berpangkat tinggi sebagaimana layaknya bangsa lain (penjajah).

Tentu masih banyak lagi contoh pribadi dan kaitannya dengan perkembangan suatu masyarakat. Secara ringkas, buku yang terdiri dari sepuluh bagian ini membahas apa itu pribadi, apa saja unsur penentunya, unsur penghambat, dan bagaimana kita bisa menjadi pribadi hebat yang bermanfaat bagi masyarakat, baik dalam arti sempit sebagai kampung halaman maupun negara dalam arti luas.

Banyak sekali pandangan, petuah, nasihat, dan contoh keteladanan yang diuraikan oleh penulis yang pernah menjabat ketua MUI pertama ini. Hal yang menarik ialah beliau mengulasnya dari perspektif islam, tasawuf, filsafat, dan seni. Rujukan dari sumber Al-Qur’an, hadis, pendapat ulama, filosof, penyair, dan negarawan memperkaya materi buku ini. Sebut saja Socrates, Plato, Nietzche, Schopenhauer, M. Iqbal (penyair Pakistan), Soekarno, Haji Agus Salim, dan beberapa tokoh berpengaruh lainnya tak luput dijadikannya rujukan.

Namun, untuk tidak menyebutnya sebagai kekurangan, satu hal yang sedikit merepotkan pembaca dalam buku ini ialah endnote. Bagi pembaca yang tidak memahami istilah asing atau sulit, di tengah nikmatnya membaca, ia mesti membuka halaman akhir (endnote) lalu kembali ke halaman sebelumnya tempat kata asing tersebut. Karena itu, andai saja endnote tersebut diganti dengan footnote, tentu akan lebih memudahkan pembaca untuk menyerap makna kata asing yang ditemukan.

Meskipun tergolong cukup klasik, buku ini masih sangat relevan untuk dibaca oleh generasi bangsa saat ini. Selain disajikan dengan bahasa yang lugas, efektif, dan sistematis, materi buku ini juga sarat dengan nilai dan prinsip kebangsaan yang dapat membentuk generasi bermanfaat dan bermartabat bagi masyarakat, terlebih di tengah indikasi memudarnya pribadi bangsa Indonesia yang dikenal akan keluhuran budinya.

Lombok Tengah, 13 Agustus 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen

  Sadimin dan Pohon-Pohon Kesayangannya Marzuki Wardi Sumber gambar: https://www.shutterstock.com/search/pohon-rindang Sadimin masih men...