Rabu, 06 Agustus 2025

Resensi Buku

 

Mengenal Filosofi Pendidikan Progresif

Oleh: Marzuki Wardi

Sumber: dokumen pribadi


Judul Buku       : Pendidikan Berbasis Pengalaman

Penulis              : John Dewey

Penerbit            : IRCiSoD

Terbit               : Juli, 2025

Tebal                : 108 halaman

Jenis                 : nonfiksi (buku teori)

Buku ini diterjemahkan dari judul asli dalam bahasa Inggris Experience and Pedagogy. Buku yang pertama kali (judul asli) diterbitkan pada tahun 1938 ini adalah karya seorang filsuf kenamaan Amerika Serikat yang juga banyak mengkaji masalah psikologi, pendidikan, dan sosial. Ia juga dikenal sebagai perintis pemikiran pragmatisme. Buku yang cukup tipis ini adalah salah satu karya penting dan berpengaruh dalam dunia pendidikan. Faktanya, meskipun telah berusia lebih dari seratus tahun, ia masih menjadi rujukan di bidang pendidikan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Karena itulah saya kira buku ini masih cukup relevan untuk diulas.

Secara garis besar buku ini mengurai dua jenis pendidikan yang memiliki landasan yang berbeda⸺meskipun porsinya lebih banyak mengenalkan pendidikan progresif⸺yaitu pendidikan tradisional yang banyak diterapakan di lembaga pendidikan formal dan pendidikan progresif. Menurut Dewey, pendidikan tradisional berangkat dari pandangan bahwa perkembangan anak dibentuk dari luar (faktor eksternal). Dengan demikian, kurikulum pendidikan terdiri dari kumpulan informasi dan keterampilan yang telah dikembangkan di masa lalu, dan tugas sekolah ialah mewariskannya kepada generasi baru. Sementara, pendidikan progresif berangkat dari pandangan bahwa perkembangan berasal dari dalam diri (internal) anak. Karena itu, materi pelajaran harus disusun berdasarkan pengalaman anak dalam kehidupan nyata (halaman 15).

Dewey berpandangan bahwa pendidikan tradisional merupakan bentuk pemaksaan dari atas dan luar individu anak. Tugas anak hanya menerima materi, cara belajar, dan apa saja yang sudah ditetapkan oleh standar orang dewasa yang dalam hal ini adalah guru dan pemangku kebijakan. Akibatnya, jika murid menolak menerimanya, baik dengan membolos secara fisik maupun dengan membiarkan pikirannya melayang hingga akhirnya menimbulkan rasa muak terhadap materi pelajaran tersebut, maka kesalahan terletak pada diri murid itu sendiri, bukan pada materi atau cara penyampaian guru. Karena itu, keberhasilan pendidikan model ini diukur dari siapa yang lebih banyak menguasai materi pelajaran yang bersifat hapalan.

Pendidikan progresif, di sisi lain, berangkat dari pengembangan internal anak. Aspek yang menjadi prioritas dalam pendidikan ini ialah ekspresi dan pengembangan individualitas. Terhadap disiplin eksternal ditawarkan aktivitas bebas, terhadap pembelajaran dari buku dan guru diganti dengan pengalaman, terhadap penguasaan keterampilan dan teknik secara terpisah lewat hapalan dan latihan ditawarkan penguasaan keterampilan tersebut sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang secara langsung memiliki daya tarik dan penting bagi kehidupan…(halaman 19). Singkatnya, pendidikan ini bercorak demokratis; dari, oleh, dan untuk pengalaman.

Namun demikian, tentu saja pengalaman harus punya kriteria. Dalam hal ini Dewey menyebutkan bahwa pengalaman haruslah bersifat edukatif dan mendukung pengembangan individual anak secara berkelanjutan (kesinambungan). Pertumbuhan saja tidak cukup, melainkan seorang pendidik juga mesti memastikan ke mana arah pertumbuhan itu berlangsung, dan apa tujuan akhirnya. Sebagai contoh, seseorang dapat saja berkembang ke arah negatif seperti mencuri, terlibat gangster, atau perilaku buruk lainnya. Namun, hal tersebut tentu saja tidak mendukung perkembangan individu, melainkan justru menghambat. Oleh karenanya, itu tidak termasuk pengalaman, sebab pengalaman harus diukur dari aspek kebermanfaatan.

Pertanyaannya, bagaimana mendesain dan menentukan materi pelajaran dalam pendidikan progresif sebagaimana layaknya pendidikan tradisional? Saya kira inilah yang menjadi kesulitan kita dalam menerapkan pendidikan progresif, terlebih jikalau kita belum memahami sepenuhnya landasan filosofi yang mendasari pendidikan ini. Dewey sendiri mengakui bahwa titik terlemah dari sekolah-sekolah progresif terletak pada pemilihan dan pengorganisasian materi pelajaran secara intelektual. Suatu kurikulum tunggal untuk semua sekolah progresif adalah hal yang mustahil, karena hal itu mengingkari prinsip dasarnya (halaman 89).

Namun, ia menekankan pentingnya partisipasi murid dalam merumuskan tujuan yang mengarahkannya dalam proses belajar. Berkaitan dengan ini, Dewey memandang bahwa perumusan tujuan merupakan proses intelektual yang cukup kompleks dengan melibatkan (1) pengamatan terhadap kondisi sekitar; (2) pengetahuan tentang apa yang telah terjadi dalam situasi serupa di masa lalu, pengetahuan yang diperoleh sebagian dari ingatan dan sebagian dari informasi, nasihat, dan peringatan dari orang-orang yang telah memiliki pengalaman yang lebih luas; dan (3) penilaian yang menyatukan apa yang diamati dan apa yang diingat untuk melihat apa maknanya (halaman 76-77).

Buku ini memang bersifat teoritis. Artinya, ia tidak mengurai filosofi pendidikan progresif mulai teori hingga praktik⸺dalam arti desain kurikulum. Namun, Dewey memberi kita pandangan yang mendalam mengenai hakikat pendidikan progresif yang berbasis pengalaman. Ia juga seakan mengajak kita menanyakan sejauh mana pendekatan pendidikan tradisional berhasil mengembangkan individu anak? Di samping itu, ia juga mengajak kita, khususnya pendidik, untuk merenungi apakah selama ini kita sudah menyajikan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan individu anak atau justru kita cenderung memandang anak dengan ukuran kecerdasan orang dewasa alih-alih memerhatikan pengalaman (perkembangan individual) mereka? Untuk itulah buku ini saya kira penting untuk dibaca, khususnya bagi pendidik, baik yang sudah senior maupun yang baru mulai meniti kariernya sekalipun.

Sintung, 6 Agustus 2025

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resensi Buku

  Mengenal Filosofi Pendidikan Progresif Oleh: Marzuki Wardi Sumber: dokumen pribadi Judul Buku        : Pendidikan Berbasis Pengalaman ...