Jumat, 27 Oktober 2017

Cerpen

Boneka Teddy Bear
Oleh: Wardie Pena
Dimuat di koran Minggu Pagi edisi Jumat, 27 Oktober 2017

“Andini suka boneka!”
Fiona menghampiriku dan mengucapkan kalimat itu setengah berbisik ke telingaku. Kurasakan angin sedikit berkesiut dari bibirnya yang berlipstik cokelat muda siang ini. Aku tak tahu entah itu lipstik atau apa? Yang jelas kulihat bibir Fiona yang semula kering dan retak-retak seperti tanah musim kemarau, jadi tampak mulus dan seksi dengan baluran benda itu. Ah, lagipula, mana kuhapal alat-alat kosmetik wanita. Fiona memang satu-satunya siswi paling centil dan nyentrik di sekolah.
Tentu saja aku terperangah mendengar perkataan Fiona, mengingat apa yang kuelu-elukan selama ini bakal segera menjadi nyata. Kurengkuh bahu Fiona lalu mengguncang-guncangnya, tapi ia menepis dengan sigap, dan tepisan itu berbuah surukan ke kepalaku. Sial, tangan cewek satu ini terkadang suka menjelma jadi tangan cowok.
“Biasa aja kaleee!” serunya kemudian.
“Oh, ya, tapi boneka apa, Na?”
Fiona mendongak langit, berusaha mencari tahu jenis boneka yang Andini sukai di balik awan yang berpijar-pijar di angkasa sana, “Mmm…pokoknya boneka dah, De.”
Aku mengernyitkan dahi lalu, “Masak sih kamu nggak tahu jenis bonekanya? Bukankah kamu sering main ke rumahnya?”
Fiona menggeleng pelan. Sekarang melirik dedaunan pohon kenari di depan pagar sekolah. Barangkali, dia mau bertanya pada dedaunan pohon yang membisu itu.  
“Mmmm…kayaknya sih boneka teddy bear, De,” kilahnya perlahan.
Aku bingung dengan gelagat Fiona. Dia seperti orang takut bicara. Tapi, yah, ya sudahlah. Toh aku sudah dapat apa yang kuminta darinya.
“Oke, Na, thanks ya infonya.”
“Oke…oke. Aku pulang duluan, ya? Eh, tapi, awas jangan bilang-bilang sama Andini apa yang kuceritakan tadi, ya?” ancam Fiona.
Dia lalu beringsut dari bangku teras sekolah dan menghampiri Andini yang tengah berdiri seorang diri menunggu bus di dekat gerbang sekolah.
Aku meninju-ninju angin, lalu mengambil buku agenda dan sebuah polpen dari dalam tas. Di lembar ke lima belas kucatat; tanggal 13 Juli 2017, Andini suka boneka teddy bear. Berarti sekarang tinggal tunggu tanggal mainnya, yakni tanggal 21 Agustus 2017—hari ulang tahun Andini—yang kuperoleh dari hasil konspirasiku dengan Mbak Nisa, staf tata usaha sekolah.
-***-
Sejak kelas X aku memang sudah suka sama Andini, tapi aku tak pernah berani mengungkapkan perasaan secara langsung. Bila hari aku pernah nembak dia melalui sms, tapi dia menolakku. Karena menurutnya aku cowok tak gentle. Sebetulnya aku bukan takut, tapi masalahnya, ah, bingung juga. Tidak tahu kenapa jikalau ngomong dengan cewek yang kuidolakan, dadaku selalu serasa mau beralih ke lutut. Mulutku rasanya seolah beralih fungsi jadi telinga. Pada saat-saat seperti itulah aku merasa diri manusia paling tolol di planet bumi ini.
Mungkin Andini terlalu istimewa bagiku. Ia memang tak secantik bidadari, model iklan, pragawati, Miss Indonesia, atau apalah yang menunjukkan level cewek paling cantik. Akan tetapi ia begitu anggun di mataku saat bibirnya mengulum senyum. Matanya yang agak sipit mengingatkanku pada cewek-cewek di film drama korea. Aku ingin saja menghindari tatapannya di kelas, tapi kadang aku merasa rugi tak melihat wajahnya sehari saja. Sekarang kami sudah sama-sama kelas XI. Itu artinya sudah sekitar setahunan aku menyukai Andini. Karena itulah, kupikir sudah saatnya aku berani mengungkapkan perasaan secara langsung padanya.
Dan gagasan ini kuperoleh dari Bik Endang, istri Paman Retno.
“Cewek sangat suka jika ada cowok yang diam-diam tahu bahwa dia menyukai sesuatu. Kamu ngerti kan maksudku, De?” ungkap Bik Endang suatu ketika.
“Ngerti, Bik.”
“Jadi, kasih aja cewek yang kamu idolakan itu apa yang dia suka. Misalnya boneka, buku, bunga, atau apa aja yang dia suka. Apalagi kalau kamu kasih dia pada hari-hari spesial seperti hari ulang tahunnya, hari 17-an, hari lebaran, dan seterusnya. Kamu ngerti kan maksudku, De?”
“Ngerti, Bik.”
Bik Endang kadang suka cerewet dan nyinyir, tapi dia orangnya baik dan pengertian sama urusan anak muda.
-***-
Semua tamu sudah hadir di rumah Andini. Teman-teman sekolah sudah berada di dalam. Irama musik sudah terdengar mengalun dari luar. Aneka jejanan dan kue sudah terjejer di sepanjang meja tamu. Kue ulang tahun Andini, lengkap dengan lilin angka 17 bertengger di pucuk kue. Aku datang membawa sebuah kotak kado berisi boneka teddy bear ukuran jumbo. Dan sebagaimana rencana awal, aku datang bersama Fiona.
“Selamat ulang tahun, Dini,” ucapku sambil menyerahkan kado.
Bibir Andini tersenyum. Dadaku serasa ditindih beban berat. Anggun sekali wajahnya sore ini. Aku mengatur napas, lalu meminta Andini langsung membuka kado itu di depan teman-teman.
“Buka dong, Dini,” pintaku.
Teman-teman sekolah yang hadir pun turut gegap gempita menyambut keberanianku. Andini lalu mengintip isi kado itu dan mengeluarkannya, “Boneka?” serunya. Tapi entah kenapa raut wajahnya tampak heran dan penuh tanda tanya. Mulutnya mengembang senyum, “Terimakasih ya, De,” ucapnya.
Fiona yang semenjak datang langsung mengambil tempat di samping Andini, tampak resah seperti sedang menanti seseorang. Beberapa kali ia membuang mata ke arah teman-teman kelas, lantas mengerling ke arahku beberapa kali. Namun, senyum itu terlihat kikuk dan dibuat-buat. Beberapa saat kemudian, Fiona menghamburkan diri tanpa seutas kata, meninggalkan kami yang tengah euforia. Entah kenapa anak centil itu pergi? Aku tak peduli. Mataku hanya tertuju pada raut wajah Andini.
“Kamu suka kan, Dini?” tanyaku.
“Dede, maaf, aku bukan nggak suka. Tapi, yang suka boneka teddy bear itu sebenarnya Fiona. Aku sukanya boneka stitch!” bisik Andini.
Aku mendengus. Pandanganku meloncat ke arah pintu yang dilalui Fiona barusan. Mungkinkah anak itu suka padaku?

Lombok Tengah, 13 Juli 2017.
Wardie Pena, selain berprofesi sebagai guru, juga aktif menulis cerpen, esai dan resensi di media massa. Buku terbarunya, Antologi (bersama) Cerpen berjudul “Takra” ( 2017). Pada Agustus 2017 lalu, artikel opininya masuk finalis 10 besar pada lomba Jurnalistik yang diselenggarakan oleh Sahabat Keluarga Kemdikbud dan diberikan penghargaan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sejak lahir hingga saat ini berdomisili di Lombok Tengah.




Cerpen

  Wasiat Kiai Seman ilustrasi ini diunduh dari https://himpuh.or.id/blog/detail/70/detik-penaklukkan-makkah-oleh-rasulullah-dan-para-sahabat...