Belajar Seni
Berbagi Kebaikan dari Sosok Perempuan Inspiratif
Oleh: Marzuki
Wardi
Dimuat di SKH Bhirawa edisi 11 Januari 2019 |
Judul : The Art of Giving Back
Penulis : Nila Tanzil
Penerbit : B First
Tahun Terbit : Pertama, November 2018
Tebal : 120 Halaman
ISBN : 978-602-426-103-0
Nila Tanzil
dikenal sebagai sosok perempuan inspiratif pendiri Taman Bacaan Pelangi,
yayasan non-profit yang telah mendirikan ratusan perpustakaan anak di 17 pulau
di wilayah Indonesia Timur. Sejak didirikan, yayasan ini telah berhasil
menyalurkan lebih dari 200 ribu buku cerita anak kepada 30-an ribu anak, dan
pelatihan kepada ratusan ribu guru di daerah pelosok. Atas kiprahnya tersebut, tidak
heran ia telah dianugerahi beragam penghargaan. Diantaranya adalah Kartini Next Generation 2013, Forbes
Indonesia 10 Inspiring Women 2015, 10 Iconic Women 2016, 10 EY Enterpreneur of
The Year 2016, dan berbagai penghargaan lainnya.
Buku ini
mengulas perjalanan Nila dalam mengarungi kiprah di dunia literasi. Satu hal
yang diyakini perempuan penggila solo
travelling ini adalah “kebaikan merupakan satu hal yang dapat ditularkan”.
Artinya, ketika kita berbuat baik pada seorang, maka orang tersebut pasti
tertanam dalam benaknya untuk berbuat baik pada orang lain. Begitu seterusnya
hingga kebaikan-kebaikan lainnya menular dan berkembang. Inilah yang jadi bekal
Nila dalam mendirikan Taman Bacaan Pelangi.
Berawal dari
pertemuannya dengan Timothy Forderer,
seorang kapten private yatch di
Labuan Bajo, ketika Nila bekerja sebagai public
relation consultan di sebuah perusahaan di Jakarta. Saat itu, ia diajak untuk
mengikuti seminar di sebuah sekolah terpencil, SMA Loyola di Flores, Nusa
Tenggara Timur (NTT). Seminar bertema “Do What You Love” yang dibawa Timothy secara
sukarela, lantas membuat hatinya tersentuh. Terlebih ketika belakangan ia mengunjungi
Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Papagaran.
Dalam
kunjungannya ke sekolah-sekolah di tiga pulau itu, satu hal yang amat memprihatinkan
adalah tidak tersedianya perpustakaan sekolah yang dapat dinikmati anak-anak. Sejak
itulah perempuan lulusan Universiteit
van Amsterdam ini bertekad untuk membangun perpustakaan yang berlokasi di sebuah
sekolah, SDK Roe. Akhirnya, pada 5 Desember 2009, ia resmi mendirikan Taman
Bacaan Pelangi dengan koleksi pertama sebanyak 200 buku cerita. Perpustakaan
tersebut mendapat sambutan antusias, baik dari pihak anak-anak, guru,
pemerintah desa, maupun masyarakat setempat.
Sebagai seorang
pekerja, Nila tentu tidak bisa full time dalam
mengurus Taman Bacaan Pelangi. Ia harus membagi waktunya untuk dua hal yang
cukup jauh berbeda, yakni pekerjaan dan dedikasi. Karena itu, pada tahun 2013, perempuan
penyandang berbagai award ini
hengkang dari kariernya sebagai konsultan. Ia lebih memilih untuk fokus
mengelola yayasan yang didirikannya. Agar lebih sustainable dari segi finansial, ia membangun bisnis berdasar
hobinya yakni Travel Spark dengan
konsep Travel with a Cause: jalan-jalan
sambil berbagi. Adapun destinasinya
fokus ke kawasan Flores, Labuan Bajo, Taman Nasional Komodo, Danau Kelimutu,
dan wilayah sekitarnya. Bisnis ini juga didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan
roda perekonomian warga sekitar dan promosi pariwisata.
Nila mengakui
bahwa inspirasi dalam mengembangkan Taman Bacaan Pelangi ia peroleh dari
orang-orang yang ditemukan selama pergi travelling
ke berbagai negara seperti Myanmar, Thailand, Kamboja, Sri Lanka, bahkan di
lingkungannya sendiri. Selama berinteraksi dengan warga negara setempat, begitu
banyak nilai-nilai kebaikan yang ia temukan. Terutama pelajaran berbagi, meski dalam
wujud hal-hal sederhana. Melalui buku ini, Nila mengajak kita untuk berbuat
baik dan menularkan kebaikan pada orang lain. Itulah yang disebutnya “Seni
berbagi kebaikan”.
Lombok Tengah,
9 Januari 2019
Marzuki Wardi, alumnus
Pendidikan Bahasa Inggris (FPBS) IKIP Mataram. Menulis Cerpen, Esai dan
Resensi. Bermukim di Lombok Tengah, NTB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar