Rabu, 04 Juli 2018

Resensi

Mengikuti Jejak Orang-Orang Bijak
Oleh: Marzuki Wardi
Dimuat di Media Jateng Post Edisi hari Minggu, 01 Juli 2018

Judul               : Membuka Pintu Harapan
Penulis             : Prito Windiarto
Penerbit           : PT Elex Media Komputindo
Terbit               : 2018
Tebal               : 227 Halaman
ISBN               : 978-602-04-5808-3

Buku ini mengajak kita untuk merenungi betapa besarnya pengaruh sebuah harapan dalam hidup kita. Melalui kisah orang-orang bijak, kita bisa mengambil peajaran bagaimana mereka menghadapi rintangan demi rintangan dalam menggapai puncak kesuksesan mereka. Seperti Abraham Lincoln, Presiden Amerika ke 16 misalnya, yang digambarkan oleh penulis sebagai sosok yang menolak putus asa (Hal. 36). Pada usia 22 tahun, ia mengalami kegagalan dalam berbisnis. Kemudian, selang satu tahun, ia kalah dalam pencalonan sebagai anggota legislatif. Tahun berikutnya, ia berhasil terpilih menjadi anggota badan legislatif pada usia 25 tahun. Akan tetapi, satu tahun setelahnya, sang kekasih meninggal dunia yang membuatnya cukup depresi. Tidak hanya itu, kegagalan yang dialami sebelumnya seakan menjadi titik tolak bagi kegagalan-kegagalan berikutnya. Rangkaian kegagalan dan peristiwa mengecewakan terus-menerus menyelimutinya. Namun, pada akhirnya ia terpilih menjadi presiden Amerika Serikat pada usianya yang ke-52. Ia lalu dikenal sebagai presiden yang berhasil membawa bangsanya keluar dari perang saudara.
Kisah inspiratif lainnya yang tak kalah menarik dalam buku ini adalah Hirotada Ototake, seorang pria Jepang kelahiran 6 April 1976. Terlahir tanpa tangan dan kaki, tidak membuat pria yang akrab dipanggil Oto ini menyerah begitu saja dalam meraih mimpinya. Saat memasuki usia sekolah, ia pernah mengalami kesulitan mendapatkan sekolah yang mau menerimanya dengan alasan tidak ada fasilitas kursi roda bagi murid sepertinya. Beruntunglah ia menemukan sebuah sekolah yang masih peduli dengan anak berkebutuhan khusus seperti dirinya, yakni SMP Yohga dan SMA Toyama Metropolitan. Selepas dari sana, Oto melanjutkan kuliah di Universitas Waseda, salah satu universitas unggulan di Jepang. Prestasinya melejit. Setelah lulus ia kemudian mengabdikan diri sebagai guru di sebuah SD. Ia dikenal sebagai pendidik yang penuh dedikasi. Selain itu, satu prestasi gemilang yang dicatat dunia adalah ia berhasil menulis sebuah buku berjudul Gotal Fumanzoku (No One’s Perfect). Sebuah masterpiece yang kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa dan dibaca oleh jutaan orang.
Tidak hanya mengenai sukses dalam hal mengejar karir. Dalam buku ini penulis juga mengisahkan bagaimana perjuangan orang-orang bijak dalam melawan frustasi dan depresi untuk sembuh dari penyakit. Sebagaimana yang dialami oleh seorang penulis kawakan, Pipiet Senja, misalnya. Penulis bernama asli Etty Hadiwati ini pernah menderita penyakit mematikan, thallassemia. Ia sudah beberapa kali masuk ICU dan ruang isolasi. Meskipun demikian, ia tak mau menyerah. Perempuan yang telah menelurkan karya-karya best seller tersebut rutin menjalani cuci darah wajib dua bulan sekali. Upaya ini tentu saja menelan biaya yang tidak sedikit. Namun, itu tak dijadikannya rintangan. Ia tetap bekerja keras menulis buku, menjadi editor, kerja kantoran, dan lainnya. Sehingga biaya pengobatan yang mahal bisa tertutupi dan ia akhirnya sembuh dari penyakit bahaya itu.
Jadi, apa yang membuat ketiga tokoh di atas tidak berhenti berjuang meski mengalami kegagalan berkali-kali dan rintangan berat? Jawabannya adalah “harapan”. Ya, harapan lah yang membuat mereka tidak menjadikan keterbatasan sebagai alasan untuk menyerah. Harapan menumbuhkan optimisme dan energi yang membuat mereka bangkit dari keterpurukan. Harapan menjadikan mereka lebih bijak menghadapi segala bentuk persoalan. Sebagaimana judulnya, penulis membagi buku ini menjadi beberapa pintu, tepatnya sembilan bagian yakni delapan pintu harapan plus satu pintu gerbang kekuatan harapan yang masing-masing menyajikan kisah-kisah inspiratif dari berbagai tokoh dan latar belakang. Namun, keahlian penulis dalam menyelipkan saran dan motivasi menjadikan buku ini tidak sekedar berupa kumpulan kisah atau cerita. Sehingga sangat tepat dijadikan sebagai bahan pelajaran dan renungan dalam menjalani hidup ini.
Lombok Tengah, 15 Juni 2018
Marzuki Wardi, alumnus Pendidikan Bahasa Inggris (FPBS) IKIP Mataram. Menulis Cerpen, Esai dan Resensi. Bermukim di Lombok Tengah, NTB.







1 komentar:

Cerpen

  Wasiat Kiai Seman ilustrasi ini diunduh dari https://himpuh.or.id/blog/detail/70/detik-penaklukkan-makkah-oleh-rasulullah-dan-para-sahabat...