sumber; dokumen pribadi penulis |
Judul Buku : 101 Dosa Penulis Pemula
Penulis : Isa Alamsyah
Penerbit : Asma Nadia Publishing House
ISBN : 978-602-9055-24-5
Cetakan I : Juni 2014
Tebal buku : 350 halaman
Dimensi buku : 14 x 20,5 cm
PANDUAN MENULIS (FIKSI) BAGI CALON PENULIS DAN PENULIS PEMULA
Karya: Marzuki Wardi
(Guru, Penulis)
Barangkali, sangatlah tidak etis untuk memperkenalkan karya seorang
penulis kawakan, yang juga seorang wartawan senior seperti Pak Isa Alamsyah.
Namun, demi menumbuhkan dan melestarikan budaya membaca, mewujudkan rasa cinta
terhadap dunia tulis menulis, dan dalam rangka meningkatkan kompetensi penulis
pemula, maka buku berjudul “101 Dosa Penulis Pemula” ini patut disuguhkan ke
tengah ruang baca Anda.
Setelah sebelumnya menelurkan 50-an buku lintas disiplin, sekitar
tiga tahun lalu kembali Pak Isa menunjukkan gaungnya sebagai penulis multi
talenta, melalui—yang saya sendiri menyebutnya—bimbingan dan panduan bagi calon
penulis dan penulis pemula. Meskipun bukan termasuk ke dalam kategori buku up
to date, karya ini masih sangat layak untuk dijadikan buku rujukan utama
dalam menulis (khususnya fiksi).
Sisi menarik dari buku ini adalah, judulnya yang terkesan amat sakral
dan mengerikan, seolah-olah mencerminkan bahwa membuat kesalahan dalam menulis ialah
sebuah dosa besar dan harus segera bertobat. Karena menurut saya, siapapun yang
mendengar kata “dosa” tentulah orientasinya pada hal-hal berbau syar’i (agama).
Padahal, sebenarnya tidak demikian. Bahkan, di bagian awal buku juga beliau
sudah mengemukakan bahwa yang dimaksud “dosa” dalam judul tersebut adalah
“kesalahan”.
Namun demikian, menilai suatu karya dari judul saja tentu bukan sebuah
tindakan yang bijak. Atas dasar itu, saya akan mengajak Anda untuk mengulas isi
buku tersebut secara ringkas. Sesuai dengan judulnya, buku ini memang terdiri
dari 101 dosa yang diuraikan ke dalam tujuh belas bab (bagian).
Bagian pertama terdiri dari lima dosa dalam pengulangan kata atau
gaya yang sama. Bagian 2, menguraikan lima dosa akibat kalimat tidak efektif
atau tidak selektif. Bagian 3, menjabarkan empat dosa dalam ide. Bagian 4, memaparkan
delapan dosa dalam judul. Bagian 5, mendeskripsikan delapan dosa dalam opening.
Bagian 6, merincikan sembilan dosa dalam konflik. Bagian 7, sembilan dosa dalam
konflik. Bagian 8, tiga dosa dalam opening. Bagian 9, lima dosa dalam
narasi atau deskripsi. Bagian 10, sebelas dosa dalam karakter. Bagian 11, lima
dosa dalam diksi dan kosakata. Bagian 12, tiga dosa dalam setting.
Bagian 13, sembilan dosa dalam dialog. Bagian 14, empat dosa dalam point of
view (pov). Bagian 15, empat dosa dalam alur dan plot. Bagian 16, empat
dosa dalam pesan. Bagian terakhir (17), lima dosa terkait mental dan sikap
penulis.
Sebagai seorang penulis pemula, diakui atau tidak, kita seringkali
merasa puas dan bangga atas pencapaian sejauh ini, terutama ketika karya tulis
kita telah berhasil dimuat di media masa atau media online misalnya.
Pada saat itu pula terkadang seorang penulis berhenti mempelajari teknik
menulis yang baik. Memang, keterampilan menulis dimungkinkan tercapai apabila
seseorang terus menerus berlatih (jam terbang), walau secara otodidak. Namun, kapan
kita dapat mengetahui kesalahan atau kekeliruan yang kita perbuat, jika kita
tidak berkeinginan untuk mendeteksi kesalahan itu sendiri? Dan jikalau kesalahan
itu terus-menerus dipelihara, maka dia akan menjadi beku dan menjelma menjadi
sebuah kegagalan dalam karier menulis.
Adapun kesalahan dimaksud dalam buku ini sebenarnya tidak melulu
tentang kesalahan ejaan (EYD atau EBI), diksi, kalimat, dan aspek struktur
kempenulisan belaka. Akan tetapi, kesalahan tersebut dapat berupa kebiasaan-kebiasaan
dalam mengulang kata, mengulang pola kalimat yang sama, menerangkan sesuatu
yang sudah jelas, dialog berulang-ulang, judul tak menarik, dan kebiasaan-kebiasaan
lainnya yang menjadikan karya tulis tidak menarik dan tidak memiliki nilai jual.
Karena itu, membaca bab demi bab dalam buku ini, membuat kita segera
menyadari bahwa kebiasaan-kebiasaan sepele dan tak terduga itu ternyata seringkali
kita lakukan setiap menulis. Jadi, jangan heran jika pada saat membaca buku
ini, Anda lalu mengangguk-anggukkan kepala atau mungkin tersenyum-senyum
sendiri, mengakui kesalahan. Kesalahan atau kebiasaan dimaksud misalnya pada
dosa ke 23 (Bagian 5), mengenai serangan cuaca. Di situ penulis memberi contoh
dengan mengutip salah satu karya, misalnya sebuah opening seperti
berikut:
Siang ini cuaca begitu terik. Sang surya menampakkan kegagahan
dengan kemilau garis-garis emas yang indah. Keringat bercucuran mengalir keluar
dari celah pori-pori mengeluarkan zat racun dari tubuh sehat (halaman 69).
Disamping itu, ada pula beberapa dosa lain seperti yang penulis
sebut dialog ping pong. Yang dimaksud dialog ping pong di sini adalah
dialog dengan pola yang sama persis dan diulang-ulangi, seperti penulis
contohkan pada halaman 239.
“Hei, Put, Kok melamun?” tanya Bang Joni.
“Gak apa-apa, kok bang,” ujar putri.
“Gak apa-apa gimana? Lo melamun gitu, cerita dong ada apa?” tanya
bang Joni.
“Gini bang, Mukena Bunda udah gak layak pakai lagi, Bang, Putri
ingin membelikan Bunda mukena, tapi penghasilan putri pas-pasan, jangankan
untuk membeli mukena, untuk makan sehar-hari saja kami susah,” ujar Putri.
“Gue ngerti Put, Gue minta maaf kemarin bentak-bentak loe,
gara-gara setoran loe sedikit, tapi gimana lagi? gak mungkin kan loe gak gue
marahin, pemulung lain yang dapat sedikit gue marahin, masak loe enggak, gak
adil kan tu namanya?” ujar bang Joni.
“Iya, Putri ngerti kok, Bang,” ujar Putri.
Tentu masih bayak lagi dosa-dosa dan kebiasaan-kebiasaan buruk menulis
yang tanpa disadari sering kita lakukan, diulas secara lugas dan tuntas dalam
buku setebal 350 halaman ini.
Jika ditinjau secara ekstensif dan komprehensif, buku ini pada
dasarnya berupaya memberikan bimbingan atau semacam panduan menulis karya fiksi
kepada penulis pemula atau calon penulis. Sebab, bagian-bagiannya memuat meteri
tentang unsur-unsur karya fiksi (Cerpen atau Novel), seperti unsur intrinsik
berupa tema yang terdapat pada bagian 3 halaman 29, alur dan plot pada bagian
15 halaman 255, latar atau setting pada bagian 12 halaman 207, tokoh
atau perwatakan pada bagain 10 halaman 169, sudut pandang pada bagian 14
halaman 243. Sedangkan, unsur ekstrinsik seperti pesan terdapat pada bagian 16
halaman 279.
Lebih detail lagi, bagian-bagian lainnya menyuguhkan beragam teknik
menulis yang dapat diaplikasikan secara lansung, tips-tips menghindari dosa
menulis yang akan dibahas, dan bahkan penulis—di bagian akhir buku—, memberikan
suntikan motivasi dalam menulis. Untuk itu, buku ini bukan sekedar memaparkan
dosa atau kesalahan-kesalahan yang biasa dilakukan oleh penulis pemula belaka.
Lebih dari itu, penulis sebetulnya bermaksud untuk membimbing dan memandu
setiap penulis pemula dan siapa saja yang tertarik dalam dunia tulis menulis
literasi. Karenanya, merekomendasikan buku ini kepada para penulis pemula
maupun calon penulis, bukanlah tindakan yang berlebihan.
Lombok
Tengah, 11 April 2017.
Marzuki
Wardi, lahir di Lombok Tengah pada
tanggal 15 Juni 1986. Menulis Cerpen, Esai dan Buku. Beberapa bukunya yang
telah terbit, Negeri Antah Berantah (Kumpulan Cerpen, penulis tunggal.
Terbit di akhir tahun 2016), Kado Pernikahan (berupa Antologi Cerpen,
terbit di tahun 2016), Tata Krama (Takra, berupa Antologi Cerpen, terbit
di awal tahun 2017).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar