Mengasah
Kecakapan dalam Berkomunikasi
Oleh: Marzuki
Wardi
dimuat di SKH Kabar Madura pada 17 September 2020
Judul : The Magic of Talking
Penulis : Jessica Arabella
Penerbit : Araska Publisher
Tahun Terbit : Pertama, Januari 2020
Tebal : 232 halaman
ISBN : 978-623-7537-37-3
Dalam berbagai
bidang, kita sangat membutuhkan kemampuan (skill)
komunikasi yang baik. Dalam dunia bisnis misalnya, kita tidak bisa bayangkan
bagaimana seorang manajer akan bernegosiasi dengan rekan kerja atau custumer-nya jika ia tidak punya
kemampuan komunikasi yang andal. Seorang guru atau pengajar di perguruan
tinggi, mustahil bisa menjalankan tugasnya dengan baik jika tak dibekali
kecakapan komunikasi yang memadai. Sederhananya, kecakapan komunikasi sangat
penting bagi siapa pun dan profesi apa pun. Lebih dari itu, seseorang yang piawai
dalam berkomunikasi biasanya akan terkesan lebih unggul dari pada mereka yang
kaku dalam mengolah kata-kata.
Namun, perlu
juga dipahami bahwa berkomunikasi tidak melulu berkaitan dengan kata-kata. Kecakapan
komunikasi merupakan seperangkat kemampuan berbahasa yang terdiri dari beberapa
komponen yang terikat satu sama lain. Salah satu komponen penting selain
kemampuan berbicara tersebut berasal dari faktor kepribadian kita yang penulis
beri judul The Miracle of Personality pada
bagian pertama buku ini.
Seorang
komunikator yang baik harus memiliki kepribadian yang baik pula. Sebab, lawan
bicara atau komunikan juga tentu akan melihat dengan siapa ia berbicara. Jika
ia berbicara dengan orang yang suka melanggar aturan atau bersikap sembrono,
tentu ia merasa sulit menghargai lawan bicara. Jadi, di sini kita perlu
meningkatkan integritas diri. Ada beberapa hal yang perlu dijaga dalam
membangun integritas diri yaitu selalu menepati janji, tidak plin-plan,
bertanggung jawab, jujur, dan terbuka (hal.11). Disamping beberapa hal tersebut
di atas, masih banyak lagi sikap yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan
kepribadian seperti sikap percaya diri, mengembangkan keahlian, bijaksana,
memperluas wawasan dan pengetahuan, pandai mengontrol emosi, dan lain
sebagainya.
Untuk menjadi
seorang komunikator ulung, hal berikutnya yang mesti diperhatikan setelah
kepribadian ialah teknik membuka hati lawan bicara. Kemampuan ini pada dasarnya
lebih berkaitan dengan emosional, atau dengan kata lain kemampuan memahami
kondisi psikis lawan bicara. Lihat saja pada halaman 109 misalnya, pada sub bab
Yakinlah Bahwa Dia Sama dengan Anda. Orang
biasanya akan tertarik untuk berbicara jika ia merasa ada kesamaan—entah itu
minat, perasaan, pengalaman, gaya, hobi, atau passion—dengan lawan bicaranya.
Oleh karena
itu, jika kita ingin mempengaruhi lawan bicara, jangan terburu-buru
mengungkapkan tujuan kita berbicara dengannya. Tapi berusahalah mengambil hatinya
terlebih dahulu dengan menemukan hal tersebut pada dirinya, kemudian kita
tunjukkan bahwa kita juga memiliki hal yang ada pada dirinya. Keterampilan
persuasif semacam ini sangat penting dimiliki oleh seorang pedagang,
negosiator, politikus, konsultan, dan beberapa profesi lainnya.
Tidak hanya kecakapan
komunikasi dalam bentuk dialog, dalam buku ini penulis juga menguraikan trik-trik
menjadi seorang pembicara di depan publik seperti ceramah, pidato, presentasi, menjadi MC, dan orasi. Kesederhanaan bahasa
dan uraian langkah-langkah yang praktis menjadikan buku ini sangat mudah
dipahami oleh semua kalangan, terutama bagi para pemula yang ingin mengembangkan
kompetensi mereka dalam publik speaking. Karenanya,
saya kira buku ini sangat tepat bagi siapa saja yang ingin melatih atau
meningkatkan kemampuan komunikasi mereka di berbagai situasi dan kondisi.
Lombok Tengah,
ditulis pada 14 Juli 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar