Selasa, 20 November 2018

Resensi

Menjadi Pribadi yang Bermanfaat Bagi Orang Lain
Oleh: Marzuki Wardi
Dimuat di SKH Kabar Madura edisi Kamis, 25 Oktober 2018

Judul                : Guru Kehidupan: Memetik Hikmah, Menebar Maslahah
Penulis              : Agus Salim
Penerbit            : PT Elex Media Komputindo
Terbit               : Pertama, 2018
Tebal                : 181 Halaman
ISBN               : 978-602-045-399-6
Pada hakikatnya, kita diciptakan agar menjadi orang yang bermanfaat untuk bumi ini. Terutama kepada sesama manusia. Bahkan, dalam ajaran agama Islam khususnya, kita diperintahkan untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “…Allah menolong hambaNya, selama seorang hamba menolong saudaranya…” Oleh karena itu, sebagai pengikut beliau, kita harus menjadikan ajaran beliau sebagai kompas agar selalu dalam koridor menebar kebaikan (manfaat) dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Agus Salim, penulis buku ini, ada beberapa hal yang dapat kita jadikan acuan atau barometer agar kita senantiasa mengamalkan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW di atas. Pertama, apakah ucapan dan perbuatan yang akan kita lakukan dapat memperkokoh silaturrahmi atau justru akan mencederainya? Kedua, apakah ucapan atau perbuatan yang akan kita lakukan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain ataukah justru akan merugikan? Ketiga, apakah ucapan atau perbuatan yang akan kita lakukan itu benar atau salah, tepat atau justru tidak tepat? (hlm. 27).
Kemudian, berikut upaya yang dapat kita terapkan untuk menjadi orang yang bermanfaat dalam kehidupan sosial. Pertama, memperbaiki diri dan peran diri menjadi lebih baik. Adapun cara memperbaiki diri di sini adalah dengan melakukan perbaikan dengan perbuatan, dan melakukan perbaikan dengan belajar. Kedua, memetik hikmah dari setiap peristiwa. Memetik hikmah berarti mengambil manfaat dari setiap peristiwa yang terjadi. Ketiga, yakin bahwa Allah SWT akan memberikan pertolongan. Kita harus meyakini bahwa Allah akan senantiasa menolong hambaNya selama ia berbuat kebaikan (hlm. 45).
Ketiga upaya yang diuraikan di atas tentu tidak terlepas dari pedoman ayat suci Alquran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Bahkan, inilah yang membuat buku berjudul Guru Kehidupan: Memetik Hikmah, Menebar Maslahah ini lebih menarik dan sarat akan pelajaran hidup. Jadi, apa yang diuraikan penulis merupakan manifestasi dari dua sumber utama hukum Islam tersebut. Pada bab lain misalnya, Semangat Menjadi Manusia Bermanfaat (hlm. 54). Ia mengutip firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 261 yang berbunyi “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha mengetahui.
Adapun, ada beberapa hal yang mesti dilakukan untuk merealisasikan Ayat di atas agar menjadi manusia bermanfaat. Pertama, bersedekah jariah, yaitu dengan mengeluarkan sebagian harta yang kita peroleh untuk perjuangan di jalan Allah. Kedua, menuntut ilmu yang bermanfaat. Dan terakhir, menyiapkan anak kita dengan memberi bekal ilmu yang baik.
Sebagaimana judulnya, melalui buku ini penulis akan mengajak kita untuk menelusuri berbagai makna dan hikmah yang terjadi dalam setiap etape kehidupan ini. Membaca bab demi bab akan membuat kita merenungi makna hidup yang sesungguhnya. Buku ini sangat layak untuk dijadikan bahan introspeksi diri dalam rangka mewujudkan tatanan masyarakat yang madani.
Lombok Tengah, 23 September 2018.
Marzuki Wardi, Alumnus Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Mataram. Bermukim di Lombok Tengah, NTB.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen

  Wasiat Kiai Seman ilustrasi ini diunduh dari https://himpuh.or.id/blog/detail/70/detik-penaklukkan-makkah-oleh-rasulullah-dan-para-sahabat...