Menjadi
Pribadi yang Bermanfaat Bagi Orang Lain
Oleh:
Marzuki Wardi
Dimuat di SKH Kabar Madura edisi Kamis, 25 Oktober 2018 |
Judul : Guru Kehidupan: Memetik
Hikmah, Menebar Maslahah
Penulis : Agus Salim
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Terbit
: Pertama, 2018
Tebal
: 181 Halaman
ISBN
: 978-602-045-399-6
Pada
hakikatnya, kita diciptakan agar menjadi orang yang bermanfaat untuk bumi ini.
Terutama kepada sesama manusia. Bahkan, dalam ajaran agama Islam khususnya, kita
diperintahkan untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Rasulullah
SAW bersabda yang artinya, “…Allah menolong hambaNya, selama seorang hamba
menolong saudaranya…” Oleh karena itu, sebagai pengikut beliau, kita harus
menjadikan ajaran beliau sebagai kompas agar selalu dalam koridor menebar
kebaikan (manfaat) dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut
Agus Salim, penulis buku ini, ada beberapa hal yang dapat kita jadikan acuan
atau barometer agar kita senantiasa mengamalkan apa yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW di atas. Pertama, apakah
ucapan dan perbuatan yang akan kita lakukan dapat memperkokoh silaturrahmi atau
justru akan mencederainya? Kedua, apakah
ucapan atau perbuatan yang akan kita lakukan bermanfaat untuk diri sendiri dan
orang lain ataukah justru akan merugikan? Ketiga,
apakah ucapan atau perbuatan yang akan kita lakukan itu benar atau salah,
tepat atau justru tidak tepat? (hlm. 27).
Kemudian,
berikut upaya yang dapat kita terapkan untuk menjadi orang yang bermanfaat
dalam kehidupan sosial. Pertama, memperbaiki
diri dan peran diri menjadi lebih baik. Adapun cara memperbaiki diri di sini
adalah dengan melakukan perbaikan dengan perbuatan, dan melakukan perbaikan
dengan belajar. Kedua, memetik hikmah
dari setiap peristiwa. Memetik hikmah berarti mengambil manfaat dari setiap
peristiwa yang terjadi. Ketiga, yakin
bahwa Allah SWT akan memberikan pertolongan. Kita harus meyakini bahwa Allah
akan senantiasa menolong hambaNya selama ia berbuat kebaikan (hlm. 45).
Ketiga
upaya yang diuraikan di atas tentu tidak terlepas dari pedoman ayat suci
Alquran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Bahkan, inilah yang membuat buku berjudul
Guru Kehidupan: Memetik Hikmah, Menebar
Maslahah ini lebih menarik dan sarat akan pelajaran hidup. Jadi, apa yang
diuraikan penulis merupakan manifestasi dari dua sumber utama hukum Islam
tersebut. Pada bab lain misalnya, Semangat
Menjadi Manusia Bermanfaat (hlm. 54).
Ia mengutip firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 261 yang berbunyi “Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha mengetahui.
Adapun,
ada beberapa hal yang mesti dilakukan untuk merealisasikan Ayat di atas agar
menjadi manusia bermanfaat. Pertama, bersedekah
jariah, yaitu dengan mengeluarkan sebagian harta yang kita peroleh untuk
perjuangan di jalan Allah. Kedua, menuntut
ilmu yang bermanfaat. Dan terakhir, menyiapkan
anak kita dengan memberi bekal ilmu yang baik.
Sebagaimana
judulnya, melalui buku ini penulis akan mengajak kita untuk menelusuri berbagai
makna dan hikmah yang terjadi dalam setiap etape kehidupan ini. Membaca bab
demi bab akan membuat kita merenungi makna hidup yang sesungguhnya. Buku ini
sangat layak untuk dijadikan bahan introspeksi diri dalam rangka mewujudkan
tatanan masyarakat yang madani.
Lombok
Tengah, 23 September 2018.
Marzuki Wardi, Alumnus
Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Mataram. Bermukim di Lombok Tengah, NTB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar