Kamis, 18 Mei 2017

Resensi Buku

sumber; dokumen pribadi penulis
Judul Buku           : 101 Dosa Penulis Pemula
Penulis                  : Isa Alamsyah
Penerbit                : Asma Nadia Publishing House
ISBN                    : 978-602-9055-24-5
Cetakan I              : Juni 2014
Tebal buku            : 350 halaman
Dimensi buku       : 14 x 20,5 cm


PANDUAN MENULIS (FIKSI) BAGI CALON PENULIS DAN PENULIS PEMULA
Karya: Marzuki Wardi
(Guru, Penulis)
Barangkali, sangatlah tidak etis untuk memperkenalkan karya seorang penulis kawakan, yang juga seorang wartawan senior seperti Pak Isa Alamsyah. Namun, demi menumbuhkan dan melestarikan budaya membaca, mewujudkan rasa cinta terhadap dunia tulis menulis, dan dalam rangka meningkatkan kompetensi penulis pemula, maka buku berjudul “101 Dosa Penulis Pemula” ini patut disuguhkan ke tengah ruang baca Anda.
Setelah sebelumnya menelurkan 50-an buku lintas disiplin, sekitar tiga tahun lalu kembali Pak Isa menunjukkan gaungnya sebagai penulis multi talenta, melalui—yang saya sendiri menyebutnya—bimbingan dan panduan bagi calon penulis dan penulis pemula. Meskipun bukan termasuk ke dalam kategori buku up to date, karya ini masih sangat layak untuk dijadikan buku rujukan utama dalam menulis (khususnya fiksi).
Sisi menarik dari buku ini adalah, judulnya yang terkesan amat sakral dan mengerikan, seolah-olah mencerminkan bahwa membuat kesalahan dalam menulis ialah sebuah dosa besar dan harus segera bertobat. Karena menurut saya, siapapun yang mendengar kata “dosa” tentulah orientasinya pada hal-hal berbau syar’i (agama). Padahal, sebenarnya tidak demikian. Bahkan, di bagian awal buku juga beliau sudah mengemukakan bahwa yang dimaksud “dosa” dalam judul tersebut adalah “kesalahan”.
Namun demikian, menilai suatu karya dari judul saja tentu bukan sebuah tindakan yang bijak. Atas dasar itu, saya akan mengajak Anda untuk mengulas isi buku tersebut secara ringkas. Sesuai dengan judulnya, buku ini memang terdiri dari 101 dosa yang diuraikan ke dalam tujuh belas bab (bagian).
Bagian pertama terdiri dari lima dosa dalam pengulangan kata atau gaya yang sama. Bagian 2, menguraikan lima dosa akibat kalimat tidak efektif atau tidak selektif. Bagian 3, menjabarkan empat dosa dalam ide. Bagian 4, memaparkan delapan dosa dalam judul. Bagian 5, mendeskripsikan delapan dosa dalam opening. Bagian 6, merincikan sembilan dosa dalam konflik. Bagian 7, sembilan dosa dalam konflik. Bagian 8, tiga dosa dalam opening. Bagian 9, lima dosa dalam narasi atau deskripsi. Bagian 10, sebelas dosa dalam karakter. Bagian 11, lima dosa dalam diksi dan kosakata. Bagian 12, tiga dosa dalam setting. Bagian 13, sembilan dosa dalam dialog. Bagian 14, empat dosa dalam point of view (pov). Bagian 15, empat dosa dalam alur dan plot. Bagian 16, empat dosa dalam pesan. Bagian terakhir (17), lima dosa terkait mental dan sikap penulis.
Sebagai seorang penulis pemula, diakui atau tidak, kita seringkali merasa puas dan bangga atas pencapaian sejauh ini, terutama ketika karya tulis kita telah berhasil dimuat di media masa atau media online misalnya. Pada saat itu pula terkadang seorang penulis berhenti mempelajari teknik menulis yang baik. Memang, keterampilan menulis dimungkinkan tercapai apabila seseorang terus menerus berlatih (jam terbang), walau secara otodidak. Namun, kapan kita dapat mengetahui kesalahan atau kekeliruan yang kita perbuat, jika kita tidak berkeinginan untuk mendeteksi kesalahan itu sendiri? Dan jikalau kesalahan itu terus-menerus dipelihara, maka dia akan menjadi beku dan menjelma menjadi sebuah kegagalan dalam karier menulis.
Adapun kesalahan dimaksud dalam buku ini sebenarnya tidak melulu tentang kesalahan ejaan (EYD atau EBI), diksi, kalimat, dan aspek struktur kempenulisan belaka. Akan tetapi, kesalahan tersebut dapat berupa kebiasaan-kebiasaan dalam mengulang kata, mengulang pola kalimat yang sama, menerangkan sesuatu yang sudah jelas, dialog berulang-ulang, judul tak menarik, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang menjadikan karya tulis tidak menarik dan tidak memiliki nilai jual.
Karena itu, membaca bab demi bab dalam buku ini, membuat kita segera menyadari bahwa kebiasaan-kebiasaan sepele dan tak terduga itu ternyata seringkali kita lakukan setiap menulis. Jadi, jangan heran jika pada saat membaca buku ini, Anda lalu mengangguk-anggukkan kepala atau mungkin tersenyum-senyum sendiri, mengakui kesalahan. Kesalahan atau kebiasaan dimaksud misalnya pada dosa ke 23 (Bagian 5), mengenai serangan cuaca. Di situ penulis memberi contoh dengan mengutip salah satu karya, misalnya sebuah opening seperti berikut:
Siang ini cuaca begitu terik. Sang surya menampakkan kegagahan dengan kemilau garis-garis emas yang indah. Keringat bercucuran mengalir keluar dari celah pori-pori mengeluarkan zat racun dari tubuh sehat (halaman 69).
Disamping itu, ada pula beberapa dosa lain seperti yang penulis sebut dialog ping pong. Yang dimaksud dialog ping pong di sini adalah dialog dengan pola yang sama persis dan diulang-ulangi, seperti penulis contohkan pada halaman 239.
“Hei, Put, Kok melamun?” tanya Bang Joni.
“Gak apa-apa, kok bang,” ujar putri.  
“Gak apa-apa gimana? Lo melamun gitu, cerita dong ada apa?” tanya bang Joni.
“Gini bang, Mukena Bunda udah gak layak pakai lagi, Bang, Putri ingin membelikan Bunda mukena, tapi penghasilan putri pas-pasan, jangankan untuk membeli mukena, untuk makan sehar-hari saja kami susah,” ujar Putri.
“Gue ngerti Put, Gue minta maaf kemarin bentak-bentak loe, gara-gara setoran loe sedikit, tapi gimana lagi? gak mungkin kan loe gak gue marahin, pemulung lain yang dapat sedikit gue marahin, masak loe enggak, gak adil kan tu namanya?” ujar bang Joni.
“Iya, Putri ngerti kok, Bang,” ujar Putri.
Tentu masih bayak lagi dosa-dosa dan kebiasaan-kebiasaan buruk menulis yang tanpa disadari sering kita lakukan, diulas secara lugas dan tuntas dalam buku setebal 350 halaman ini.
Jika ditinjau secara ekstensif dan komprehensif, buku ini pada dasarnya berupaya memberikan bimbingan atau semacam panduan menulis karya fiksi kepada penulis pemula atau calon penulis. Sebab, bagian-bagiannya memuat meteri tentang unsur-unsur karya fiksi (Cerpen atau Novel), seperti unsur intrinsik berupa tema yang terdapat pada bagian 3 halaman 29, alur dan plot pada bagian 15 halaman 255, latar atau setting pada bagian 12 halaman 207, tokoh atau perwatakan pada bagain 10 halaman 169, sudut pandang pada bagian 14 halaman 243. Sedangkan, unsur ekstrinsik seperti pesan terdapat pada bagian 16 halaman 279.
Lebih detail lagi, bagian-bagian lainnya menyuguhkan beragam teknik menulis yang dapat diaplikasikan secara lansung, tips-tips menghindari dosa menulis yang akan dibahas, dan bahkan penulis—di bagian akhir buku—, memberikan suntikan motivasi dalam menulis. Untuk itu, buku ini bukan sekedar memaparkan dosa atau kesalahan-kesalahan yang biasa dilakukan oleh penulis pemula belaka. Lebih dari itu, penulis sebetulnya bermaksud untuk membimbing dan memandu setiap penulis pemula dan siapa saja yang tertarik dalam dunia tulis menulis literasi. Karenanya, merekomendasikan buku ini kepada para penulis pemula maupun calon penulis, bukanlah tindakan yang berlebihan.
Lombok Tengah, 11 April 2017.
Marzuki Wardi, lahir di Lombok Tengah pada tanggal 15 Juni 1986. Menulis Cerpen, Esai dan Buku. Beberapa bukunya yang telah terbit, Negeri Antah Berantah (Kumpulan Cerpen, penulis tunggal. Terbit di akhir tahun 2016), Kado Pernikahan (berupa Antologi Cerpen, terbit di tahun 2016), Tata Krama (Takra, berupa Antologi Cerpen, terbit di awal tahun 2017).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen

  Wasiat Kiai Seman ilustrasi ini diunduh dari https://himpuh.or.id/blog/detail/70/detik-penaklukkan-makkah-oleh-rasulullah-dan-para-sahabat...