Selasa, 19 Desember 2017

Esai Bahasa

Move on
Oleh: Wardie Pena
Dimuat di Pikiran Rakyat Edisi 22 Oktober 2017

Move on, tidak lain merupakan frasa kata kerja dalam bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, yakni kata kerja move yang berarti pindah, dan on merupakan kata depan yang berarti di atau di atas. Namun, mengartikan kata tersebut tentu saja tidak bisa secara perkata. Misalnya menjadi pindah di atau pindah di atas. Untuk mengartikan frasa tersebut haruslah menyesuaikan dengan konteks di mana frasa tersebut digunakan. Dan memang frasa juga telah memiliki arti secara khsus untuk digunakan dalam kondisi tertentu.
Dalam kaitannya dengan bahasa Indonesia, frasa tersebut seringkali saya temukan digunakan secara tidak lazim dengan arti aslinya. Misalnya, seorang gadis yang mengatakan “Saya sudah move on dengan pacarku” untuk menunjukkan bahwa ia sudah ganti pacar. Atau, “Move on…move on dong, hari gini masih belum punya WA?” untuk meminta seseorang membuat akun WA. Bahkan, dalam lingkungan formal pun saya pernah mendengar seorang pemateri seminar mengatakan “move on” untuk menegaskan bahwa dia ingin pindah materi yang satu ke materi berikutnya.
Fenomena campur kode atau mixing code dalam kegiatan berbahasa sehari-hari itu, akhir-akhir ini memang semakin marak. Dan tentu itu tidak perlu dipersoalkan. Namun, bukan berarti kita harus mengabaikan dan merubah makna sesungguhnya dari bahasa sumbernya, sehingga penggunaan frasa tersebut tidak terkesan asal dan bermakna rancu.
Move on, dalam kamus Cambridge Advance Learner’s Dictionary (CALD 3) dirangkai dengan dua kondisi, yakni tempat dan aktifitas. Maka, move on akan berarti meninggalkan tempat lama dan pergi atau pindah ke tempat lainnya jika digunakan untuk menerangkan tempat. Misalnya, saya sudah tinggal di kontrakan ini selama sepuluh tahun, saya pikir ini sudah waktunya untuk move on. Jelas, ini berarti si penghuni kontrakan akan berhenti tinggal di tempat lama, dan akan tinggal di rumah baru yang lain dan lingkungan yang berbeda. Dan, apabila digunakan untuk menerangkan suatu aktifitas, maka move on berarti memulai aktifitas baru. Contoh, saya sudah menjadi guru di sekolah ini selama lima belas tahun, bulan depan saya akan move on. Kondisi ini menerangkan bahwa si guru tersebut akan berpindah profesi menjadi profesi lainnya yang bukan guru.
Dua contoh tersebut menunjukkan adanya penekanan pada arti “baru” terhadap farasa move on. Maka, apabila dihubungkan dengan temuan saya di atas. Kondisi pertama, kenapa tidak si gadis tersebut mengatakan “Saya sudah break dengan pacar lama saya, dan sudah punya pacar baru?” Pada contoh yang kedua, kalimat tersebut sebenarnya dapat saja diganti dengan ungkapan “Buat akun WA dong, hari gini belum punya WA?”. Terakhir, kenapa si pemateri tidak menggunakan kata next saja untuk menunjukkan pindah materi. Atau dapat juga dengan kata move tanpa on.

Maksud saya, campur kode memang sudah menjadi hal yang galib dalam bahasa keseharian kita. Namun, alangkah baiknya jika kita memahami arti sesungguhnya sehingga tidak mengurangi maksud ungkapan yang disampaikan, dan tidak menimbulkan kesalah tafsiran bagi lawan bicara.

Wardie Pena, menulis Cerpen, Esai dan Resensi. Beberapa diantaranya telah dimuat di berbagai media lokal dan nasional. Bulan Agustus lalu, artikel opininya di bidang pendidikan masuk nominasi 10 besar dan mendapat penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Buku tunggalnya, Negeri Antah Berantah (Penerbit MM, 2016).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen

  Wasiat Kiai Seman ilustrasi ini diunduh dari https://himpuh.or.id/blog/detail/70/detik-penaklukkan-makkah-oleh-rasulullah-dan-para-sahabat...