Rabu, 23 September 2020

Resensi Buku

Mengasah Kecakapan dalam Berkomunikasi

Oleh: Marzuki Wardi

dimuat di SKH Kabar Madura pada 17 September 2020

Judul               : The Magic of Talking

Penulis             : Jessica Arabella

Penerbit           : Araska Publisher

Tahun Terbit   : Pertama, Januari 2020

Tebal               : 232 halaman

ISBN               : 978-623-7537-37-3

Dalam berbagai bidang, kita sangat membutuhkan kemampuan (skill) komunikasi yang baik. Dalam dunia bisnis misalnya, kita tidak bisa bayangkan bagaimana seorang manajer akan bernegosiasi dengan rekan kerja atau custumer-nya jika ia tidak punya kemampuan komunikasi yang andal. Seorang guru atau pengajar di perguruan tinggi, mustahil bisa menjalankan tugasnya dengan baik jika tak dibekali kecakapan komunikasi yang memadai. Sederhananya, kecakapan komunikasi sangat penting bagi siapa pun dan profesi apa pun. Lebih dari itu, seseorang yang piawai dalam berkomunikasi biasanya akan terkesan lebih unggul dari pada mereka yang kaku dalam mengolah kata-kata.

Namun, perlu juga dipahami bahwa berkomunikasi tidak melulu berkaitan dengan kata-kata. Kecakapan komunikasi merupakan seperangkat kemampuan berbahasa yang terdiri dari beberapa komponen yang terikat satu sama lain. Salah satu komponen penting selain kemampuan berbicara tersebut berasal dari faktor kepribadian kita yang penulis beri judul The Miracle of Personality pada bagian pertama buku ini.

Seorang komunikator yang baik harus memiliki kepribadian yang baik pula. Sebab, lawan bicara atau komunikan juga tentu akan melihat dengan siapa ia berbicara. Jika ia berbicara dengan orang yang suka melanggar aturan atau bersikap sembrono, tentu ia merasa sulit menghargai lawan bicara. Jadi, di sini kita perlu meningkatkan integritas diri. Ada beberapa hal yang perlu dijaga dalam membangun integritas diri yaitu selalu menepati janji, tidak plin-plan, bertanggung jawab, jujur, dan terbuka (hal.11). Disamping beberapa hal tersebut di atas, masih banyak lagi sikap yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan kepribadian seperti sikap percaya diri, mengembangkan keahlian, bijaksana, memperluas wawasan dan pengetahuan, pandai mengontrol emosi, dan lain sebagainya.

Untuk menjadi seorang komunikator ulung, hal berikutnya yang mesti diperhatikan setelah kepribadian ialah teknik membuka hati lawan bicara. Kemampuan ini pada dasarnya lebih berkaitan dengan emosional, atau dengan kata lain kemampuan memahami kondisi psikis lawan bicara. Lihat saja pada halaman 109 misalnya, pada sub bab Yakinlah Bahwa Dia Sama dengan Anda. Orang biasanya akan tertarik untuk berbicara jika ia merasa ada kesamaan—entah itu minat, perasaan, pengalaman, gaya, hobi, atau passion—dengan lawan bicaranya.

Oleh karena itu, jika kita ingin mempengaruhi lawan bicara, jangan terburu-buru mengungkapkan tujuan kita berbicara dengannya. Tapi berusahalah mengambil hatinya terlebih dahulu dengan menemukan hal tersebut pada dirinya, kemudian kita tunjukkan bahwa kita juga memiliki hal yang ada pada dirinya. Keterampilan persuasif semacam ini sangat penting dimiliki oleh seorang pedagang, negosiator, politikus, konsultan, dan beberapa profesi lainnya.

Tidak hanya kecakapan komunikasi dalam bentuk dialog, dalam buku ini penulis juga menguraikan trik-trik menjadi seorang pembicara di depan publik seperti ceramah, pidato, presentasi,  menjadi MC, dan orasi. Kesederhanaan bahasa dan uraian langkah-langkah yang praktis menjadikan buku ini sangat mudah dipahami oleh semua kalangan, terutama bagi para pemula yang ingin mengembangkan kompetensi mereka dalam publik speaking. Karenanya, saya kira buku ini sangat tepat bagi siapa saja yang ingin melatih atau meningkatkan kemampuan komunikasi mereka di berbagai situasi dan kondisi.

 

Lombok Tengah, ditulis pada 14 Juli 2020

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen

  Wasiat Kiai Seman ilustrasi ini diunduh dari https://himpuh.or.id/blog/detail/70/detik-penaklukkan-makkah-oleh-rasulullah-dan-para-sahabat...