Mengenalkan
Fungsi Teknologi kepada Anak Melalui Cerita
Oleh: Marzuki
Wardi
Dimuat di SKH Radar Sampit Edisi Minggu, 16 September 2018 |
Judul : Naura & Genk Juara: The
Adventure Begins
Penulis : Veronica Widyastuti
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Terbit : Pertama, Desember 2017
Tebal : 110 Halaman
ISBN : 978-602-424-719-5
Fungsi dari
sebuah cerita fiksi umumnya memberikan pesan moral kepada anak. Karenanya, agak
hambar rasanya jika membicarakan karya fiksi anak tanpa membicarakan pesan atau
amanat moral. Namun, apabila ditinjau dari beragam bentuk dan temanya,
kebermanfaatan karya sastra anak tidaklah sesempit itu. Dengan kata lain, ia
juga bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran untuk mengenalkan objek
tertentu. Seperti novel anak yang berjudul “The Adventure Begins: Naura &
Genk Juara” ini. Selain menyelipkan pesan moral, ia juga mengenalkan fungsi
teknologi sederhana pada anak.
Novel ini
berkisah tentang petualangan seru bocah-bocah cerdik dari SD Angkasa, Naura,
Okky, Bimo, dan teman-temannya dalam acara Kemah Kreatif di kawasan hutan
tropis Situ Gunung. Tujuan mereka kesana adalah untuk mendemosntrasikan karya
masing-masing. Namun, di luar dugaan, mereka malah berhadapan dengan Trio
Licik, pencuri hutan yang memang sudah dikenal ganas sejak dulu. Hal itu bermula
ketika Bimo mendapat giliran untuk menunjukkan drone karyanya. Tiba-tiba saja baling-baling drone itu tidak ia temukan di dalam tas. Ia pun mencurigai Okky,
salah seorang regu satu sekolahnya, telah menyembunyikan benda itu lantaran
tidak mau melihatnya berhasil.
Bimo mendesak
Okky untuk mengakui perbuatannya. Namun, tentu saja Okky mengelak, karena
memang ia tidak pernah melakukan tindakan culas itu. Perselisihan sempat
terjadi setelah akhirnya mereka melihat Cepot, seekor monyet jinak milik
seorang ranger cilik bernama Kipli,
bertengger di atas pohon sambil memain-mainkan baling-baling drone milik Bimo di atas kepalanya.
Mereka pun mengejar monyet usil yang berlari ke arah sebuah mobil asing yang
terparkir di antara semak-semak tinggi.
Tak dinyana.
Bocah-bocah hebat yang tadinya ingin mengejar baling-baling drone milik temannya itu rupanya
mendapati fakta lain. Mobil tersebut ternyata milik pencuri. Puluhan satwa
lindung ada di dalamnya lengkap dengan sangkar dan kandangnya. Satwa-satwa itu
dalam kondisi siap dibawa kabur oleh Trio Licik. Okky dan teman-teman pun
berusaha membongkar tindakan kriminal itu dengan memanfaatkan teknologi
sederhana yang mereka miliki. Naura dengan smart
watch dan walkie talkie-nya,
Bimo dengan drone-nya, dan beberapa
jenis perangkap seperti ranjau semangka dan bom dry ice yang mereka buat bersama.
Sehingga para pencuri satwa itu berhasil ditangkap, dan satwa lindung yang
hendak dilarikan pun berhasil diamankan.
Hal menarik
dari karya sastra anak ini adalah penulis tidak menjelaskan fungsi dari
teknologi secara langsung. Melainkan melalui percakapan-percakapan seru
diantara para tokohnya. Sehingga pembaca tidak merasa sedang diceramahkan.
Seperti yang terdapat pada halaman 81 misalnya. Ketika Naura mengamati smartwatch di pergelangan tangannya lalu
ada lingkaran biru yang berkedip, ia berkata pada teman-temannya, “Okky membawa
GPS yang kutitipkan melalui Cepot. Kita bisa melacak posisinya.” Lalu Bimo
menyahut, “Di mana dia sekarang?”. “Masih di sekitar Hutan Situ Gunung…” jawab
Naura.
Melalui
percakapan ini, penulis secara tidak langsung telah menjelaskan fungsi GPS yang
dapat melacak keberadaan seseorang yang masih dalam lokasi GPS tracker. Selain GPS, penulis juga tentu
menyuguhkan beberapa produk teknologi lainnya yang diintegrasikan dalam cerita.
Novel anak ini sangat layak dan menarik untuk disajikan pada anak. Karena tidak
hanya pesan moral yang akan didapatkan, tapi juga pengayaan wawasan terhadap
fungsi teknologi.
Lombok Tengah,
10 September 2018
Marzuki Wardi, alumnus
Pendidikan Bahasa Inggris (FPBS) IKIP Mataram. Menulis Cerpen, Esai dan
Resensi. Bermukim di Lombok Tengah, NTB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar